Melihat Anak Berbakat Saja Sudah Bahagia, SSB Al Fattah Karanganyar Jawa Tengah

Andika Sanjaya / Scout Indonesia

Sekolah Sepakbola (SSB) yang maju biasanya sudah memiliki susunan keorganisasian yang kompleks, memiliki fasilitas lengkap, dan muridnya mencapai ratusan. Namun, di luar itu, masih banyak SSB yang masih memakai sistem ‘mengumpulkan bocah’.

Salah satunya SSB Al Fattah asal Karanganyar, Jawa Tengah. SSB yang baru saja berdiri tahun 2011 ini masih SSB penganut sistem tersebut. SSB Al Fattah merupakan reinkarnasi dari SSB Mentari yang berdiri sejak tahun 2007 dan sempat dua kali mati suri. SSB Al Fattah memiliki jadwal latihan hari Senin dan Kamis di lapangan belakang DPRD Karanganyar. 

SSB Al Fattah memiliki sekitar 50 siswa yang tercatat. Tercatat yang dimaksud dalam konteks ini adalah yang membeli kaos. Meskipun demikian, dalam setiap latihan siswa yang datang tidak menentu. 

Siswa baru ditarik iuran  Rp 20.000 sebagai biaya pendaftaran, sedangkan biaya per datang Rp 3.000. “Ada yang bayarnya kurang, bahkan ada yang tidak bisa bayar, saya tidak permasalahkan itu,” ujar Budi Irianto. Setiap iuran dari siswa nantinya akan kembali ke siswa digunakan untuk melengkapi fasilitas SSB. “Kalau untuk pelatih, kita anggap seperti uang bensin saja,” ujar Budi. 

Ketika ditanya mengenai motivasinya setahun ini mengelola SSB Al Fattah, Budi menjawab dengan sederhana. “Saya melihat anak-anak berbakat itu saja sudah bahagia,” ujar Budi Irianto. Menurutnya, sebenarnya banyak sekali bakat-bakat sepakbola di Indonesia, kalau PSSI mau mencari ke daerah-daerah.

Salah Adapun kendala yang dihadapi SSB ini terutama minimnya jam terbang kompetisi. “Kita sebenarnya ingin rutin mengikuti kompetisi, tetapi terhalang pembiayaan, jadi kita lebih banyak ke sparring dengan SSB lain,” ujar Budi. Perlu diketahui untuk mengikuti kompetisi harus menganggarkan biaya pendaftaran, akomodasi, dan transportasi. 

Disinggung mengenai harapan SSB Al Fattah ke depan, Budi mengutarakan, “Harapan saya, suatu saat ada sponsor yang mau meringankan pembiayaan.”


Artikel situs Scout Indonesia, 1 Maret 2012


Comments